Ini dia, salah satu ikon Kalimanggis, Gunung Kumpay. Meskipun disebut
gunung, tempat ini sebenarnya bukan gunung, tapi hanya gundukan tanah tinggi,
bukit tepatnya. Bahasa Sunda tidak mengenal kata “bukit”, sehingga gundukan
tanah tinggi (bukit) biasa disebut gunung. Sayangnya, saya tidak tahu asal nama
kumpay. Setahu saya kumpay adalah nama ikan. Orang-orang tua di sekitar
gunungpun tidak tahu asal nama kumpay.
Gunung ini dikitari oleh kebun dan pemakaman. Di puncaknya ada saung
(gubuk) yang dulunya menjadi tempat menaruh “ranjang katil”, atau keranda untuk membawa jenazah. Di
sebelahnya ada beberapa pohon besar, yang paling besar adalah pohon dangdeur.
Saking besarnya, tiga orang pria dewasa pun tidak bisa memeluk pohon ini, empat
pun masih kesulitan. Tapi sayangnya, pohon ini sudah tumbang sekarang karena
dimakan usia. Tapi ada juga yang bilang tumbang karena tersambar petir. Padahal
sayang sekali. Bayangkan saja, pohon setinggi lebih dari 10 meter di atas
puncak gunung (bukit ya…).
![]() |
| Pohon Dangdeur |
Masyarakat sekitar biasa menyebut gunung kumpay dengan sebutan “gunung”
saja. Kalau mereka mau berladang, mereka biasa bilang “rék ka gunung”, “keur di
gunung”, dan semacamnya. Anak-anakpun sering bermain di sekitar gunung, atau
bahkan di puncaknya. Tapi sekarang tidak sesering dulu. Beda masa beda tempat
bermain. Dulu bahkan puncak gunung sering dipakai anak-anak bermain petak
umpet, kelereng, sepak bola, dan lari-larian, kalau tidak hujan. Kalau hujan
biasanya mereka langsung pulang, atau hujan-hujanan keliling kampung hahaha.
Dulu jalan “mendaki” gunung masih berupa tanah, sekarang sih sudah tidak
lagi. Jadi kalau basah tidak licin atau becek lagi. Sepeda (motor)pun bisa
mendakinya. Kelemahan tempat ini adalah, sangat banyak nyamuk. Kalau pacet sih
saya belum pernah menemukan. Ular juga kadang ada, tapi sangat jarang. Ulat
juga ada, ya iyalah namanya juga area kebun.
![]() |
| Sisa Pohon Dangdeur |




Tidak ada komentar:
Posting Komentar