Akhirnya saya dapatkan juga gambaran sosok si kona penghuni Ciberes. Bagi
yang belum tahu siapa si kona ini, silakan baca tulisan saya tentang Ciberes.
Kejadian ini sudah amat sangat sangat sangat lamaaaaaaaa sekali hahaha.
Saya dapatkan cerita ini dari tetangga saya, dan beliau ini melihat sosok si
kona dengan mata kepalanya sendiri. Narasumber saya ini, panggil saja si ibu,
karena dia menolak namanya disebut di sini (walaupun gak ngaruh juga kan ya,
bukan orang terkenal juga hahaha). Si ibu ini melihat sang kona ketika dia
masih perawan, atau ketika dia masih gadis. Sekarang sih dia udah bukan gadis
lagi, udah tiga anaknya.
Di tulisan “Ciberes”, saya ceritakan bahwa Ciberes itu dulunya sempat jadi
WC umum buat warga sekitar. Nah si ibu ini salah satu pelanggannya. Waktu itu
dia mau b.a.b., lewat tengah malam. Bayangkan mau b.a.b. di sungai malam-malam
setelah jam 12 (yang belum pernah sih bakal agak kesulitan ngebayanginnya
hahaha). Dia diantar oleh ayahnya. Sesampainya di tepi Ciberes, mereka kaget
karena (walaupun samar-samar) melihat sesosok “orang” sedang nangkring di atas
batu. Mimik wajahnya nggak kelihatan jelas karena tertutup gelap, tapi yang
pasti dia nggak berambut, istilah kerennya botak. Yang terlihat jelas adalah
kulitnya berwarna merah, dan dia (tampak) nggak pake pakaian apapun, karena dia
nangkring di batu jadi nggak kelihatan apa dia pake bawahan atau nggak (yang
pasti dia telanjang dada, Inggris-nya topless). Dan badan dia ternyata
besar (seperti orang dewasa), bukan seperti anak kecil seperti tuyul pada
umumnya.
Sadar akan makhluk apa yang sedang nangkring, merekapun nggak jadi nabung
di Ciberes. Si anak gadis terpaksa pulang lagi. Hasrat nabungnya pun langsung
hilang.
Yang saya heran, itu si kona ngapain ya nangkring di situ tengah malam?
Jangan-jangan mau nabung juga. Atau jangan-jangan dia lagi dinas jaga WC
hahaha. Untungnya dia nggak ngejar.
Itulah ceritanya. Mau percaya? Mau tidak percaya? Itu bergantung
pemikiran masing-masing.
P.S.
Foto si ibu nggak bisa saya tampilkan. Namanya aja dia nggak mau
dipublikasikan, apalagi fotonya.
Foto si konanya? Mereka waktu itu nggak bawa kamera,
mereka bawa obor. Bayangin aja tuyul gede berkulit merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar